Bagi mereka yang suka marah-marah pada anak sendiri kerana sayang dan untuk mendidik.
1. Kita adalah orang matang, anak kita masih tak matang, mengapa yang matang perlu marah pada yang tak matang?
2. Kita orang besar, mereka orang kecil, mengapakah orang yang besar perlu marah pada orang yang kecil?
3. Kita adalah orang yang berpengalaman, anak-anak tidak pernah lagi melihat dunia, mengapakah harus kita harapkan anak-anak kita faham dan selari dengan pandangan kita?
Pernahkah terfikir mengapa dua orang marah perlu berjerit antara satu sama lain walaupun duduk bersebelah?
Pernahkah terfikir mengapa dua orang yang saling menyayangi lebih suka membisik antara satu sama lain walaupun duduk berjauhan atau di telefon?
Apabila kita marah, dua hati adalah berjauhan, oleh itu, mereka memerlukan suara/nada yang kuat untuk berhubung. Masalahnya, makin dijerit, makin berjauhan.
Bagi mereka yang kita sayang, dua hati adalah dekat, jadi tidak perlu untuk menjerit-jerit, hanya perlu membisik sudah terasa dekat. Makin dibisik, makin terasa sayang.
Itulah keajaiban ciptaan Allah pada sistem badan manusia.
Maka, persoalannya, jika kita ingin mendidik anak-anak kita. Perlukah kita marah-marah padanya walaupun mereka berbuat silap?
If morose approach, ask about ourselves, do we want our children to hear the words of their hearts far away from us?
Or we educate in a whisper, so that they understand and listen to their hearts remain close to us?
When we start fractious child, ask yourself whether our hearts and our children are away?
The relationship of parents with their children the best are the sons of parents consider as a close friend with the greatest respect unabashedly tasteless to discuss all issues with parents.
– Note Tuan Ibrahim Tuan Man. Hopefully useful!